Selasa, 20 Maret 2012

Budaya mencontek dikalangan pelajar


Mencontek! Mendengar kata tersebut tentu bukan hal asing lagi di telinga kita karena tak dapat dipungkiri bahwa mencontek adalah hal yang sangat dibutuhkan di kalangan pelajar,bahkan telah menjadi kebutuhan pokok bagi pelajar itu sendiri. Suprapto S.Pd, seorang guru Takeran - Magetan mengatakan bahwa mencontek adalah virus yang berbahaya dibandingkan HIV AIDS sekalipun. Tetapi tidak semua pelajar melakukan hal ini, hanya beberapa saja yang benar-benar serius belajar yang tetap pada pendiriannya. dimana selayaknya tugas dari seorang pelajar . 

Mencontek merupakan aktivitas yang dapat mengganggu psikologis pelajar. Pelajar menjadi malas belajar dan sulit berkonsentrasi karena dalam pikirannya yang ada hanyalah mencontek. Dalam berbagai macam keadaan, pelajar dapat nekad melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan nilai yang baik dengan mudah yaitu dengan mencontek ini.
Timbulnya upaya untuk mencontek ini disebabkan berbagai macam aspek diantaranya: Pertama, kurangnya perhatian dari orang tua saat dirumah, sehingga anak-anak dapat meremehkan pelajaran dengan menonton tv atau melakukan aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan pada waktu yang semestinya dipergunakan untuk belajar. Kedua, malasnya belajar. Ketiga, lupa. Keempat, kurang yakin dengan jawabannya sendiri karena merasa ada yang lebih pintar darinya. Kelima, ingin mendapatkan nilai yang bagus dengan mudah,dan yang terakhir adalah kurangnya pengawasan dari guru.
 Pelajar dapat mencontek karena guru kurang mengawasi muridnya dengan benar. Pengawasan yang ketat bukan berarti menakut-nakuti murid melainkan menjadikan murid lebih disiplin dan mendapatkan nilai yang memuaskan, dalam arti mendapatkan hasil dari jerih payahnya sendiri.
Fakta lain seorang pelajar menjadi suka mencontek disebabkan karena kurang merasa nyaman dengan sistem pengajaran yang diajarkan oleh gurunya atau pun tidak suka dengan pelajaran tertentu, sehingga membuat mereka bosan dan mencari-cari cara agar bisa keluar dari kelas dengan beralasan “permisi mau ke tilet bu!”, padahal mereka hanya ingin terbebas dari pelajaran yang tidak disukainya saja. Akhirnya mereka tidak mengikuti pelajaran yang diajarkan. Penyebab  mereka malas belajar dan mengambil cara pintas untuk mendapatkan nilai yang memuaskan dengan instan dan tidak peduli dengan apa yang sudah diajarkan oleh gurunya. Disini seorang guru harus memiliki inisiatif agar muridnya merasa nyaman dengan pelajaran yang disampaikan dan menyukainya.
Benar-benar memprihatinkan, apalagi bagi seorang pelajar yang masih dipenuhi dengan kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi ujian harus diselimuti rasa yang tidak karuan yaitu kebimbangan tidak diberi contekan atau memberi contekan.  Tidak belajar dan tidak diberi contekan adalah musibah bagi pelajar yang mereka takut akan mendapatkan nilai yang jelek. Sedangkan jika salah satunya tidak memberi contekan maka akan dikucilkan dan dianggap tidak setia kawan bahkan bakhil menurut mereka.
 Sungguh miris ,jika memang para pelajar mempunyai pola pikir demikian. Karena hal itu hanya dapat menimbulkan konflik diantara mereka. Para pelajar akan saling becerai-berai hanya karena satu masalah yaitu mencontek.
Kini bukan hanya pelajar tetapi guru pun juga ikut serta memberi contekan kepada siswanya agar mendapatkan nilai yang sempurna. Hal ini terbukti dari adanya oknum yang memang berasal dari orang dalam maupun orang luar sekolah yang memberikan jawaban untuk Ujian Nasional  (UNAS). Orang dalam yang dimaksud adalah guru dari pihak sekolah, dan orang luar adalah para pejabat daerah seperti Gubernur ataupun Bupati dari masing-masing daerah yang menginginkan masyarakatnya mendapatkan nilai yang sempurna dan daerahnya menjadi sorotan daerah lain bahwa mereka hebat. Sebuah rahasia umum yang dianggap biasa, sungguh memprihatinkan.
UNAS dijadikan sebagai penentu akhir dari kelulusan siswa, hal ini yang dapat menyebabkan ketakutan luar biasa dari siswa sehingga mereka dapat mengalami gangguan psikologis. Seperti terjadinya bunuh diri yang diakibatkan tidak lulusnya siswa karna UNAS, atau malunya seorang siswa kepada temannya karna tidak lulus yang mengakibatkan gangguan mental (gila).
Inilah sesuatu yang dapat menghancurkan bangsa, ketika kejujuran sudah tidak dianggap penting demi mendapatkan suatu kesuksesan yang bersifat sementara dan mendapatkan kegagalan yang abadi. Negara akan mendapatkan penerus-penerus bangsa yang bermental dan menjatuhkan negara sendiri, bahkan menambah jumlah kematian yang tidak wajar karna bunuh diri tsb.
Proses seperti ini dapat pula memupuskan harapan anak bangsa yang benar-benar giat belajar. Bahkan, demi mendapatkan nilai yang maksimal mereka rela membayar guru private dan mengikuti program bimbel di tempat- tempat mahal dan merogoh kocek jutaan rupiah demi kelulusannya menjadi kecewa hanya karna diberinya bantuan jawaban dari pihak sekolah. Lebih mirisnya lagi dari tempat bimbelnya pun juga menyediakan hasil jawaban yang siap dibagikan kepada peserta ujian yang mengikuti bimbel di tempatnya.
Bagaimana bangsa ini ingin maju jika anak didik yang benar-benar ingin belajar harus dikecewakan dengan keadaan seperti ini. Akan tetapi, hal ini tidak bisa sepenuhnya disalahkan kepada orang-orang yang memberikan contekan/jawaban tadi melainkan, pemerintah juga ikut andil dalam hal ini,ini terjadi karena standart Nasional yang ditentukan oleh pemerintah terlalu tinggi dan kemampuan pelajarnya tidak Relevan dengan keadaan sebenarnya, sehingga mengakibatkan kecurangan dalam pelaksanaannya. Pengaruh mencontek ini sangat besar,dan dapat merugikan diri sendiri, sekolah, orang tua, masyarakat bahkan negara.
 Untuk menghilangkan budaya mencontek ini guru harus memberikan bimbingan kepada muridnya agar  mencontek tidak menjadi kebutuhan pokok bagi semua pelajar.
Yang pertama, dimulai dari kesadaran diri sendiri. Seorang pelajar harus belajar dengan giat sesuai dengan kewajibannya dan mendapatkan hak nilai yang memuaskan. Jika  nilai yang didapat rendah atau tidak sesuai dengan keinginan, maka pelajar akan memotivasi dirinya sendiri dengan berfikir positif “saya mendapat nilai rendah mungkin karena saya kurang belajar”. Dengan demikian para pelajar akan lebih giat lagi dalam belajar. Tidak hanya itu,tetapi para pelajar juga harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi bahwa sesungguhnya mereka mampu melewati ujian tanpa mencontek.
Kedua, Sekolah memberikan peraturan kepada gurunya agar mengawasi anak didiknya dengan ketat dan benar. Hal ini dilakukan bukan untuk menakut-nakuti siswa melainkan menjadikan siswa agar giat belajar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Selain itu seorang guru harus memberikan kenyamanan pada siswanya saat memberikan materi dan menjadikan siswa dapat menyukai apa yang telah disampaikan, serta membudayakan sifat jujur dalam berbagai sesuatu seperti kejujuran saat Ujian dsb.
Ketiga, Orang tua juga berperan dalam menentukan kualitas belajar anaknya, dengan cara ikut mengawasi dan membimbing anaknya ketika belajar sesuai dengan porsinya. Dalam arti tidak memaksakan sepenuhnya seorang anak harus terus belajar setiap waktu, melainkan memberi waktu-waktu tertentu bagi sang anak agar dapat belajar dengan maksimal. Hal ini harus dimulai dari kecil sehingga nantinya menjadi kebiasaan saat dewasa kelak.
Keempat, Pemerintah tidak hanya memberikan standar kelulusan yang tinggi begitu saja, melainkan juga melihat kemampuan pelajar secara umum. Sebaiknya, UNAS tidak dijadikan penentu satu-satunya standar kelulusan, tetapi nilai rapor dan akhlak siswa dari sekolah juga dijadikan nilai penentu kelulusan agar pelajar tidak diselimuti rasa ketakutan yang tinggi tentang adanya yang tidak lulus. Memberikan sanksi atau hukuman yang layak bagi oknum-oknum yang berlaku curang atau tidak jujur.
Kelima, Berdo’a dan meminta pertolongan kepada Allah. Semua sesuatu yang dilakukan di dalam hidup ini tidak akan berjalan sempurna tanpa bantuan dari Allah sang Pencipta kita semua. Jadi,jika kerja keras atau usaha di imbangi dengan do’a Insyallah segalanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Amin
Citra pendidik kita yang telah jatuh dapat bangkit lagi jika kita semua dapat berkomitmen bahwa kejujuran adalah kunci utama dalam kesuksesan. Kejujuran bukan hanya dimiliki seorang pendidik saja melainkan juga harus dimiliki oleh seluruh umat manusia. Dengan ini kita akan merasakan bahwa dengan menjalani hidup takkan ada beban yang dipikul. Selain itu kesepakatan bersama dari semua pihak tentang kejujuran dapat menjadikan bangsa ini memiliki penerus-penerus yang berkualitas tinggi. Cukup dengan satu kata dalam pendirian hati yaitu JUJUR, insyallah Allah meridhoi apa yang kita lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons